TANJUNG SELOR, KTV – Tahun 2025 mendatang, dipastikan tidak akan ada pembangunan sekolah baru di Kalimantan Utara (Kaltara). Namun, jika ada anggaran, pembangunan akan difokuskan pada penyelesaian gedung sekolah yang sudah dalam tahap perencanaan dan proses pembangunan.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltara, Teguh Henri Susanto.

Teguh menyebutkan bahwa berdasarkan kalkulasi jumlah peserta didik yang lulus dari SMP, jumlah rombongan belajar (kelas) yang ada saat ini sudah sangat mencukupi, bahkan melebihi kebutuhan. Oleh karena itu, di tahun 2024, Disdikbud Kaltara berencana untuk mendirikan tiga sekolah baru, yaitu dua sekolah SMA dan satu sekolah SMK.

Pada 2024, pembangunan dua sekolah SMA baru di wilayah Betayau di Tana Tidung dan Seimenggaris. SMA di Betayau dan Tana Tidung akan menjadi sekolah yang sangat dibutuhkan di wilayah tersebut, mengingat saat ini siswa-siswa di daerah tersebut masih bergabung dengan sekolah lain, seperti di SMA 5 Tarakan, yang bahkan harus numpang di SMP 14. Sementara itu, SMA Semenggaris juga akan dibangun dengan dua kelas.

“Harapan kami, di tahun 2025 tidak lagi membuka sekolah baru, karena jumlah sekolah yang ada sudah cukup. Semua wilayah yang membutuhkan akses pendidikan sudah tercover,” jelasnya belum lama ini.

Teguh mengungkapkan bahwa salah satu kendala utama yang dihadapi dalam pembangunan sekolah baru adalah masalah lahan. Tanah hibah untuk pembangunan sekolah di beberapa lokasi, seperti di Kota Tarakan, masih dalam proses pengajuan. Bahkan, surat permohonan tanah hibah dari pemerintah kota Tarakan baru saja diajukan ke DPRD untuk mendapatkan persetujuan.

“Untuk pembangunan sekolah baru, kami memang mengandalkan hibah tanah dari pemerintah daerah. Tanah hibah untuk wilayah Seimanggaris dan Betayau sudah clear, tetapi untuk Tarakan, prosesnya masih berlangsung,” tambahnya.

Pembangunan gedung sekolah baru, jika anggaran memungkinkan, akan difokuskan pada dua hal. Pertama adalah untuk sekolah yang sudah berproses, dan kedua adalah untuk pembangunan fasilitas yang sesuai standar.

Teguh menyebutkan bahwa standar minimal biaya pembangunan sebuah sekolah baru berkisar antara Rp 12 miliar rupiah. Anggaran ini meliputi pembangunan ruang kelas, ruang guru, ruang perpustakaan, laboratorium, hingga fasilitas ibadah.

“Pembangunan sekolah membutuhkan dana yang cukup besar, terutama untuk memenuhi kebutuhan ruang belajar yang standar. Di beberapa daerah, biaya pembangunan bisa berbeda karena faktor lokasi dan harga material,” bebernya. (dkisp)